Sunday, November 30, 2008

bila hati rindu menikah [part 9] : Berani Menjemput Bidadari?



Sebab keyakinan akan meneguhkan sisi jiwa yang cemas. Memekarkan harum bunga yang terlahir dari kesabaran akan penantian. Bilangan waktu dan bentang jarak, tidak ada yang akan berakhir sia-sia. Semua adalah karunia oleh-Nya. Untuk menguji komitmen perjuangan yang lahir dari rahim kesejatian iman. Saat perjalanan bermakna pencarian hakikat diri.


Jejak sejarah telah mengering. Tangisan pemuda Abdurrahman bin Abu Bakar dalam do'a, untuk Atikah, wanita suci yang pandai menjaga diri dan kehormatannya. Akan kesabaran zulaikha yang tak putus dalam munajah agar dipertemukan dengan tambatan hati, Yusuf a.s. Seperti Adam a.s yang turun ke bumi dari kenikmatan surgawi, terpisah jarak dengan bagian tulang rusuknya, Ibunda Hawa. Sama dalam penantian. Sujud panjang memohon ampunan dan harapan agar kembali menyatu.


Titik kecil yang mulai menunjukkan bias terangnya. Pada titian jalan lurus yang semakin menampakkan godaan di kiri kanannya. Terasa. Menjaga kesucian pandangan menjadi lebih rumit dibanding waktu lampau. Pada kehalusan suara dan gerakan satu anugerah alam yang paling sempurna. Benteng terakhir lautan do'a di hening malam, agar keteguhan semakin karang. Masih dengan tekad yang sama, bahwa Sang Maha Pencinta tidak akan membiarkan air mata hamba-Nya menetes tanpa balasan kasih sayang dalam dekapan-Nya.


Mengisi hari, dengan asa melangit. Komitmen suci untuk sebuah ikatan menyempurnakan separuh dien agama. Agar terang cahaya itu makin kemilau. Menyisakan sesal dan putus asa setan musuh nyata manusia pada semakin kuatnya satu sunnah kenabian dalam mitsaqan ghaliza. Dan bila waktunya tiba, izinkan aku menjemput bidadari itu. Untuk bersama menuju-Mu dalam hari-hari perjuangan menegakkan Risalah suci.


[Tanah Anging Mammiri – Kota Pelajar - ... ... ...] Doakan ^_^

*Aku masih ingin terus terbang menembus tingginya putih awan, seperti elang. Namun dengan angin di kiri kanan kepakanku

Thursday, November 13, 2008

Representasi 'kesepian' (bagian 1)

Bila da'inya bermental ayam negeri yang tidak tahan angin, mudah terkena penyakit sampar, dan mengandalkan jatah makanan olahan, maka kiamat dakwah sudah terdengar serunainya (Rahmat AbduLlah, Untukmu Kader Dakwah)

Ah, mengapa juga kebanyakan kita lebih memilih menjadi segolongan manusia yang baru masuk islam kemudian digembirakan Rasul SAW dengan pembagian harta rampasan perang. Sementara sahabat-sahabat yang teruji keimanan dan keislamannya, kembali ke Madinah dengan tangan kosong dan 'hanya' bersama RasuluLlah Muhammad SAW?

Lupakah kita dengan Ka'ab bin Malik, salah satu alumnus badar yang telah dijamin oleh Allah SWT bahwa mereka (para alumni perang badar) dipersilahkan berbuat sekehendak hati mereka? Tapi tetap saja mendapat 'boikot' dari Rasul saw dan sahabat selama 40 hari. 'hanya' lantaran absen dari 1 peperangan.

MENTALITAS. Satu kata yang mungkin bisa sedikit mewakili. Terlalu nyaman dengan suasana yang telah ada, sehingga tidak lagi ada keinginan untuk beranjak. Sementara, hey... tidak pernah ada cerita bahwa jalan dakwah itu mulus dan dipenuhi hamparan rumput lembut dan bunga2 indah.

Hanya kekhawatiran saja, semoga tidak menjelma kenyataan. Mudah-mudahan fenomena bermunculannya band2 cowok (?) belakangan ini tidak menular ke ruang jiwa kita. Taruhlah KANGEN BAND, ST 12, KERIS PATIH, ASBAK BAND, dan sejenisnya yang hampir semua lagunya hanya menggambarkan 'kelemahan jiwa' dan 'mentalitas cengeng'. Selalu saja menyisakan pertanyaan di benak saya 'Mereka laki-laki apa bukan sih?' Memalukan saja.

Tapi sudahlah. Mungkin trend yang ada sekarang memang seperti itu. Modernisasi. Mungkin juga (seperti kata Dedy Mizwar dalam Naga Bonar jadi 2) bahwa 'salah saya yang hidup di zamanmu'. Tidak bisa mengikuti laju perkembangan yang begitu cepat.

'jadi rindu dengan kajian Sirah nabawiyah yang sering dibawakan ust Surya Dharma LC, di mushoLla sederhana bernama Adz-Dzarrah'